OFM Chapter 2
Napas Kelvin
tersengal-sengal sesampainya di TK Sun Flower. Matahari sudah bertengger diufuk
barat dengan warna jingga menghiasi disekelilingnya. Ini menunjukkan sekali
lagi dia terlambat. “Miss Graham maaf saya terlambat lagi.”
Senyum ramah terpulas
diwajah Miss Graham. “Tidak apa-apa Mr. Marius anak-anak yang lain juga masih
banyak yang belum dijemput.”
Kelvin hanya bisa
tersenyum setengah hati. “Al! Ayo pulang,” Kelvin memanggil anak yang bermain
sendirian di kotak pasir.
Anak itu menghentikan
tangannya dan beringsut dari kotak pasir. Mata hijau emerald menatap Kelvin
dengan datar. Kelvin menelan ludahnya.
Dia
marah.
“Sampai jumpa besok Al!”
Miss Graham memanggil, tapi Al tidak menoleh sedikit pun.
Anak
ini,
“Iya Bu sampai jumpa besok. Al bisa tidak sopan sedikit?”
Al tidak menjawab dan
Kelvin hanya bisa menghela napas.
Kelvin bertanya-tanya
dalam hatinya apa yang bisa dilakukannya untuk Al. Dia tahu bahwa dia bukan
ayah Al hingga usahanya untuk membuat Al terbuka padanya seperti menghadapi
tembok diam yang dingin. Tapi Kelvin setidaknya tahu yang dibutuhkan Al adalah Ibunya
sendiri.
Paman Kelvin sekaligus Ibu
Al adalah orang tidak memahami arti kata mawas diri. Mengetahui dirinya tak
memiliki tempat dimasyarakat dia mendagangkan rahimnya kepada keluarga Alpha berkali-kali.
Begitu vulgar dan tak tahu malu Kelvin sangat membenci Pamannya itu. Kelvin
bahkan pernah membenci dirinya sendiri karena memiliki ikatan darah dengan dia
dan kebenciannya semakin memuncak ketika Alaistar Marius alias Al lahir enam
tahun lalu.
Al adalah satu-satunya
anak yang lahir dari hasil hubungan cinta antara Pamannya dan seorang Alpha
yang tidak dikenal Kelvin. Tetapi Kelvin menyangsikan hubungan mereka karena
hubungan berdasarkan cinta mana yang menelantarkan anak mereka begitu saja? Ayah
Al menghilang begitu saja sesaat Al lahir kedunia. Ibunya seperti angin, datang
dan pergi begitu saja. Menitipkan Al kepada Kelvin. Kelvin merasa dunianya yang
damai dan tenang rusak karena Pamannya yang busuk. Al pun akhirnya menjadi
korban akan keegoisan mereka. Kelvin tidak mengerti dan tidak mau mengerti
alasan mereka.
“Kelvin, mulai besok
aku bisa pulang sendiri,” Al akhirnya membuka mulutnya dan membangunkan Kelvin
dari lamunannya.
“Apa kamu bilang?”
“Aku bisa pulang
sendiri besok.”
Dahi Kelvin mengerucut
tidak memahami maksud Al.
“Umurku sudah enam
tahun tujuh bulan, jalan pulang pun aku sudah hapal dan jangan khawatir aku
adalah seorang Alpha. Jika ada orang asing berusaha menggangguku, aku hanya
tinggal menekan energi mereka,” Al mengucapkan semua itu dengan wajah datar.
Sekali lagi Kelvin
menghela napas dan menyandarkan tubuhnya, “Justru karena kamu baru enam tahun
masih harus dalam pengawasan.”
Bibir Al menyungut.
“Tadi kamu bilang
energi Alpha? Katakan itu lagi saat bulu ketiakmu sudah bermunculan.”
Sepulas warna merah
mewarnai kuping Al. Kelvin tersenyum melihatnya.
“Sudah-sudah, anak
kecil cukup tahunya main, belajar dan makan kue atau permen yang banyak. Nanti
di supermarket ingatkan aku untuk membeli kue bolu pisang,” Al menganggukkan
kepalanya perlahan.
Secara umum dunia saat
ini tidak memiliki empat musim, yang tidak ada hanya musim dingin namun
dibagian area utara terkadang masih turun salju tapi tidak berkepanjangan
hingga menimbulkan tumpukan es. Temperatur pun tidak pernah berada di posisi
paling panas atau dingin. Seperti saat ini walau berada di musim panas, tetapi
temperatur stabil di posisi tiga puluh derajat celsius. Akhir-akhir ini Kelvin
merasa otot tubuhnya lunglai tidak jelas dan keringat dingin mencuat dari
pori-pori kulitnya. Kelvin menghela napas dalam-dalam dan meyakinkan dirinya
dia akan segera sampai rumah. Setibanya dirumah dia sudah merencanakan untuk
memeriksa temperatur tubuhnya dan meminum vitamin sebelum menyiapkan makan
malam.
“HAI AL!” Sebuah suara
nyaring memanggil Al.
Kelvin mencari asal
suara itu dan terperanjat mengetahui pemilik suara itu. “MOMMY!” Al teriak penuh semangat dan berlari kepelukan
Ibunya.
Setelah melewati
keterkejutannya Kelvin kembali dengan muka datarnya. “Wow, anak Mommy makin
besar sekarang.”
“Hmm, tinggi Al
sekarang 110 cm dan berat Al 23 kg,” Al memberi tahu dengan wajah bangga. “Mommy
pulang?”
Kelvin berjalan sembari
mengacuhkan mereka dan menempelkan ibu jarinya ke mesin pengenal identitas.
Lampu kecil hijau menyala. Pintu masuk otomatis apartemennya kemudian terbuka.
Tidak ragu Kelvin masuk kedalam.
“Iya Mommy pulang. Hei
Kelvin,” Kelvin tidak menggubris panggilan Pamannya dan tetap lanjut melepaskan
sepatunya didepan pintu.
“Al buka sepatu kamu,”
Perintah Kelvin sepintas.
Tidak menunggu Al dan
Pamannya masuk kedalam, Kelvin menaruh tas dan barang belanjaan ke atas meja
makan lalu bergegas kekamar mandi. Setelah menutup rapat pintu kamar mandi dia
segera membuka lemari obat diatas wastafel. Alat periksa yang siap sedia segera
diambilnya dan ditempel di atas pergelangan tangan selama lima menit. Sesudah
lima menit hasilnya terpampang dilayar kecil. Kadar air dan PH tubuhnya normal
sedangkan temperaturnya tiga derajat dibawah batas normal, tetapi yang membuat
kepala Kelvin berputar adalah level hormonnya sangat kacau. Seketika Kelvin
melempar alat periksanya kembali ketempat semula dan mengambil botol vitamin
disebelahnya. Dia menelan tiga butir vitamin sekaligus dan meminum air langsung
dari kran. Untuk beberapa saat dia menatap dirinya dicermin. Melihat mata
birunya, Kelvin tahu ada perubahan dalam dirinya dan dia tidak mempunyai kuasa
menghentikan perubahan itu. Dia hanya berharap setidaknya rasionalisme dirinya
mampu mengontrol segalanya.
Keluar dari kamar mandi Kelvin melihat
Pamannya membuka barang belanjaan. “Mau masak salad hari ini?”
“Hm....”
“Dengan ayam panggang?”
“Hm....”
“Oke, biar Pamanmu ini
yang masak,”
Kelvin menatapnya
dengan aneh.
“Hei, waktu kau kecil
aku sering masak untuk kau. Jadi percayakan tugas ini padaku,” Paman Kelvin
tersenyum lebar dan Kelvin memutar matanya. Bukannya Kelvin tidak percaya dia
bisa masak atau tidak, tapi Kelvin tidak ingat kapan terakhir kali dia
mengambil inisiatif untuk melakukan pekerjaan seperti ini.
Selagi Pamannya
menyiapkan bahan untuk memasak, Kelvin memasukkan bahan-bahan lain kedalam kulkas.
“Bagaimana kabarmu
Kelvin?”
“Baik.”
“Maafkan aku tidak
memberimu kabar satu tahun terakhir karena keluarga Alvarez tidak mengizinkanku
untuk menghubungi pihak luar walaupun keluargaku sendiri dan setelah menyelesaikan
kontrakku dengan mereka, aku segera menjalani perawatan hormon termasuk
pengangkatan rahim.”
Secepat kilat Kelvin
melihat Pamannya dan mengintip sekilas pada Al yang tengah sibuk bermain. “Apa katamu?”
“Aku mengikuti
nasihatmu,” Senyum kecil tersungging disudut bibirnya. “Kau selalu bilang aku
harus menghentikan kehidupan immoral seperti ini, tapi kau tahu sendiri menjadi
naluri alamiah Omega tidak bisa dikontrol. Saat masa Retrograde muncul aku
tidak bisa membendung daya magnet yang ditimbulkan, bahkan diluar masa itu pun
cukup orang tahu aku seorang Omega menarikku kesana-kesini. Jadi aku hanya
punya solusi ini selain solusi Bind.”
Kelvin tercengang akan
keputusan Pamannya. Dia tahu Pamannya suka membuat pilihan sembrono, tapi untuk
yang satu ini entah dia harus memberikan selamat kepada Pamannya atau tidak. “Lalu
apa yang akan kau lakukan sekarang?”
“Aku menghubungi
teman-teman lamaku dan bertanya ada lowongan untukku atau tidak. Kau tahu Jeffkan?
Teman kuliahku dulu. Dia membuka toko perbaikan alat elektronik dan saat ini
dia sedang mencari tenaga ahli yang dapat memperbaiki peralatan tipe lama.
Pamanmu memang beruntung sekali, dikala butuh pekerjaan eh..., pintu
keberuntungan terbuka lebar. Ah! Aku juga berencana untuk mencari apartemen
baru untuk Aku dan Al. Sampai aku menemukan tempat baru biaya hidup aku dan Al
akan aku tanggung semuanya.”
Otak Kelvin berpikir
keras akan perubahan Pamannya ini. Dia melihat seksama paras Pamannya. Berusaha
mencari semacam keraguan karena Kelvin kenal betul watak Pamannya yang
berubah-ubah. Haruskah dia mempercayainya atau tidak untuk kali ini? Tapi wajah
Pamannya begitu tenang seperti tidak menyimpan motif tersembunyi.
Banyak orang yang
mungkin tidak percaya bahwa mereka adalah Paman dan keponakan karena
sesungguhnya umur mereka hanya terpaut lima tahun. Saat Ibu Kelvin berusia dua
puluh tahun, dia melahirkan Kelvin. Karena usia yang terpaut sangat dekat dan
bagai pinang dibelah dua mereka berdua sering disebut anak kembar. Rambut
terang keemasan, mata yang sama biru-biru meski Kelvin lebih condong lebih gelap
ketimbang Pamannya, perawakan mereka pun tak terlalu beda jauh Kelvin lebih
tinggi dari Pamannya dan mereka banyak menghabiskan waktu bersama-sama. Semua
itu membuat Kelvin tahu luar dalam mengenai Pamannya bahkan rahasia gelapnya.
Mendengar deklarasi ini tentu membuat dirinya mengkhawatirkan akan satu hal.
“Kau..., baik-baik
saja?”
Pamannya yang sedang
sibuk memasak ayam melirik kepada Kelvin dari sudut matanya. “Haha..., aku tahu
apa yang kau pikirkan. Keputusan ini bukan keputusan yang kubuat dalam waktu
semalam. Semenjak aku melahirkan Al mulai saat itulah aku memikirkan tentang
hidupku, hidup Al dan hidupmu. Aku sadar jalan hidupku beresiko dan tidak
mungkin selamanya bisa seperti ini. Aku memang Omega, tetapi aku tahu
kehidupanku adalah hasil keputusan yang dibuat oleh diriku sendiri. Hanya saja
kamu tahu akukan? Walau sudah berpikir seperti itu kepalaku yang keras memilih
untuk menutup mata. Tetapi saat aku bersama dengan Mr. Alvarez dia mengajarkanku
banyak hal. Alpha, Beta dan Omega semua
itu hanya status yang dibuat manusia agar manusia merasa dirinya lebih baik
dari orang lain. Watak usang yang seharusnya musnah bersamaan dengan peradaban
lama, tetapi sayang kebiasaan lama sulit dienyahkan. Itu katanya.
Entah dia berkata
seperti itu untuk membuat aku merasa lebih baik atau itu adalah kebijakan
seorang Alpha. Apapun itu aku mempercayainya. Dia pun memintaku agar aku lebih
egois pada diriku sendiri.”
Kelvin terdiam mencerna
kata-kata yang dikeluarkan dari mulut Pamannya.
“Kau tahu sesuatu
Kelvin? Saat kata-kata Mr. Alvarez berputar-putar dikepalaku, aku selalu ingat
dirimu. Mr. Alvarez tidak tahu siapa dirimu, tapi entah kenapa nasihatnya
sangat cocok untuk kau,” Pamannya tersenyum hingga matanya membentuk bulat
sabit.
Kelvin mendengus lalu
berlalu begitu saja, tapi Pamannya tahu betul kata-kata Mr. Alvarez adalah
kebenaran yang menggugah prinsip Kelvin.
Comments
Post a Comment