OFM Chapter 6
Tidak
menuruti perintah Angel, Kelvin memilih untuk menunggu dilobi. Waktu sudah
menunjukkan pukul delapan belas lebih lima belas menit. Moodnya semakin
memburuk setiap menit yang berlalu. Tanpa menunggu persetujuannya, Angel begitu
saja menariknya ikut dengannya dan sekarang orang yang bersangkutan terlambat
lebih dari lima belas menit. Jika saja dia tidak sedang melaksanakan tugas
sudah pasti dia akan segera pulang dan menenggelamkan tubuhnya dalam air
hangat. Kelvin merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal-pegal.
Dilantai
dua Angel menyisiri tiap sudut ruangan Kelvin. Dia kecewa saat Angus
memberitahunya Kelvin sudah pulang. Anak
itu! Dengan langkah berat Angel beranjak untuk pulang. Tetapi matanya
membesar ketika melihat penampakan Kelvin di lobi. Matanya berseri seketika,
tapi dia menahan bibirnya untuk tetap rapat ditempatnya. Dia tak mau Kelvin
melihat niat aslinya mengajak Kelvin malam ini.
Dengan
langkah tenang dia mendekati Kelvin. Raut wajah Kelvin sudah sama sekali tidak
beraturan. Iritasinya bertambah melihat orang yang seharusnya sudah datang dari
tadi malah berjalan dengan santai.
“Beau, kenapa kamu tidak menungguku?”
Kening
Kelvin mengernyit mendengar panggilan aneh dari mulut Angel. Dia tidak menggunakan kata itu untuk
memanggil...ku, iyakan? Meski demikian Kelvin memberikan senyum terbaiknya,
senyum bisnis. “Maafkan saya Mr. Caprius, tapi saya merasa menunggu anda lebih
baik daripada membuat anda repot mendatangi saya.”
Angel
berdengus pelan. “Baiklah kalau begitu sebaiknya kita segera pergi.”
Kelvin
hanya mengangguk.
Sebelum
lanjut Angel bermaksud berjalan beriringan dengan Kelvin, tetapi melihat Kelvin
dengan wajah santai namun enggan akhirnya Angel memilih berjalan didepan.
Mereka berjalan menuju pelataran mobil. Angel menempelkan kartu identitas tamu
miliknya keatas alat pengenal identitas berwarna merah muda pucat yang tinggi,
ramping, berdiri disamping jalan masuk pelataran lobi. Tidak lupa dia
memasukkan nomor seri yang didapatnya setiap pagi dia datang.
Sebuah
mobil berbentuk tabung segiempat, berwarna keemasan, Sedric Pods berhenti tepat
dihadapan mereka. Kelvin sedikit kaget melihat mobil tipe keluarga yang biasa
dilihatnya dijalanan digunakan oleh orang seperti Angel. Dari yang pernah dia
lihat biasanya mereka yang berkantung emas seperti Angel menggunakan tipe mobil
yang lebih ramping dan mutakhir. Kelvin tidak menyadari Angel telah menunggunya
untuk masuk terlebih dahulu. Baru pada saat dia menyadarinya Kelvin
memperlihatkan senyum bulat sabit yang menandakan Aku bukan perempuan. Angel tersenyum tipis melihat ini dan kemudian
masuk kedalam mobil.
Selama
dalam perjalanan mereka berdua hanya terdiam. Angel memandang keluar jendela
dengan senyum yang terus mengembang diwajahnya, tetapi telapak tangannya
menutupi bibirnya. Dia tidak mau Kelvin mengetahui bahwa dia membiarkan aura
Alphanya memenuhi energi didalam mobil.
Kelvin
yang tidak menyadari hal ini duduk dengan gelisah. Dia tidak mengerti mengapa
udara didalam mobil begitu pekat. Dia tidak merasa sesak namun otot tubuhnya
menegang. Sebenarnya dia ingin sekali menanyakan akan kemana Angel membawa
dirinya, tetapi seluruh pertanyaan dan percakapan yang dia sudah persiapkan
sebelumnya tertahan ditenggorokan. Mau tidak mau dia menerima nasibnya untuk
duduk terdiam disamping Angel. Dengan gigi mengatup kencang dia berusaha untuk
tidak merutuk setiap kali lengan mereka bersentuhan saat mobil berbelok atau
berpindah jalur.
Mobil
Angel menaiki The Centrifugal Tower,
elevator yang digunakan untuk menaikkan mobil dari satu level ke level lain. Mereka
naik hingga level paling atas yaitu level 10, lalu lanjut berkendara. Setengah
jam kemudian mereka sampai di sebuah gedung tinggi nan megah berlantai dua
ratus. The Eagle, gedung paling tinggi di Bellrock. Kelvin melihat Angel dengan
wajah yang amat kebingungan. Angel tidak menghiraukan tatapan berapi Kelvin.
Sesampainya
dihalaman parkir luar lantai seratus Kelvin sudah bersiap-siap untuk turun, tapi
mobil Angel terus berjalan hingga memasuki parkiran dalam gedung. Perkiraan
Kelvin sekali lagi meleset karena mobil terus melaju memasuki elevator khusus
mobil.
“Selamat datang kembali Mr. Caprius,”
Sebuah hologram perempuan yang terlihat sangat muda muncul di kaca depan mobil
Angel. Alis Kelvin meninggi melihat penampakan program komputer yang terlihat
sangat nyata. “Anda akan naik ke lantai
berapa?”
“Langsung
ke Penthouse.”
“Baik
Tuan,” Segera mereka dibawa kelantai seratus sembilan puluh delapan.
Mereka
keluar dari mobil sesaat setelah sampai. Mobil Angel secara otomatis dibawa
keruangan khusus. Kelvin mengikuti Angel menuju pintu dengan wajah kosong.
Sebuah lorong panjang menyambut mereka dengan dinding kaca menghiasi seluruh
lorong. Program yang disebut Kirsten menyambut Angel dan menanyakan apakah dia
ingin membuka pesan yang masuk. Angel memerintahkan Kirsten untuk menyimpan
seluruh pesan masuk dan memintanya untuk tidak mengganggu hingga dia memanggil
kembali.
Langkah
Angel berhenti disebuah pintu sederhana berwarna kuning. Tidak seperti semua
pintu yang ada dijaman ini dimana untuk masuk dan keluar membutuhkan
identifikasi secara komputerisasi pintu kuning itu dibuka secara manual. Yaitu
memasukkan kunci bergerigi ke lubang kunci lalu memutarnya. Dahi Kelvin
otomatis mengernyit melihat adegan tak biasa itu. Dia belum pernah mengenal
atau pun melihat orang memiliki pintu jenis yang dimiliki Angel. Dia hanya
pernah melihat dari film-film lama yang pernah ditontonnya. Lebih aneh lagi
pintu itu dipasang didalam perusahaan teknologi sebesar Caprius Tech Inc. Apakah ada alasan khusus?
Masuk
kedalam barulah Kelvin merasakan kepribadian dan latar belakang seorang Caprius
terpancar diseluruh ruangan. Dinding kaca menjulang tinggi, sofa putih menjadi
pusat ruangan ditemani layar lebar diseberangnya terpasang di dinding yang memisahkan
ruang kerja dibaliknya. Estetika modern yang menjadi tema utama interior dibuat
lembut dengan lantai kayu dan warna alam. Begitu indah namun menambah misteri
sang empunya. Sebenarnya orang seperti apa dia?
“Beau,
silahkan duduk.”
Kelvin
tersontak dari momen mengagumi ke momen mengesalkan dalam waktu sekejap. “Mr.
Caprius, anda tidak memanggil sayakan?”
“Iya
saya memanggil kamu. Beau,” Senyum tipis mengerucut dibibir Angel.
“Mr.
Caprius perlu saya ingatkan anda sekali lagi. Jangan melakukan hal yang tidak
masuk akal. Saya kesini untuk kerja bukan menemani anda bermain.”
Angel
tidak menjawab, “Kamu mau tahu makanan yang aku sukakan? Sekretarisku sudah
menyiapkan makanan. Melihat langsung akan lebih baik.”
Jamuan
makan malam tersaji cantik diatas meja makan yang berada di sisi seberang ruang
sofa dan satu kursinya sudah ditarik keluar oleh Angel untuk Kelvin duduki.
Melihat ini Kelvin ingin sekali menolak dengan mentah dan berlari pergi, tapi
sekali lagi dia diingatkan tugas yang dipercayakan padanya. Dengan langkah
berat Kelvin berjalan dan pasrah duduk dikursi yang telah ditarik Angel.
Ujung
bibir Angel semakin tertarik kearah matanya. Dia duduk tepat disebelah Kelvin.
Kelvin tidak mengerti mengapa dia duduk sebelahnya. Meja makan ini panjang dan ada banyak kursi. Bukannya pemilik rumah
biasanya duduk di kursi paling ujung? Pikir Kelvin dalam hati.
“Silahkan
ambil makanan yang kamu suka.”
“...,
Mr. Caprius saya kesini bukan untuk makan dengan anda.”
“Aku
tahu, tapi sekarang sudah pukul tujuh malam. Hari ini adalah hari panjang untuk
kita semua dan dari yang aku dengar seharian ini kamu berkeliling mencari tahu
tentang diriku. Pastinya sekarang kamu lelah,” Angel berdiri lalu beranjak dari
kursinya untuk mengambil mangkuk keramik putih berisikan sup dan menaruhnya
diatas piring datar, didepan Kelvin. “Sebaiknya kamu makan mulai dengan ini.
Sup wortel jahe, bagus untuk tubuh yang lelah.”
Akhirnya
Kelvin menyerah dan mulai mengambil sendok, tetapi sesaat sup itu masuk kedalam
mulutnya rasa hangat menjalar perlahan. Dia tidak menyadari tatapan Angel yang
puas melihat dirinya makan dengan lahap.
Seminggu
terakhir ini Angel memperhatikan warna wajah Kelvin kian meredup. Meski dia
tidak tahu pasti apa yang sedang Kelvin hadapi saat ini, tetapi dia bisa
melihat jelas Kelvin tengah berjuang dengan dirinya sendiri karena itu saat
mengetahui Kelvin mencarinya dia menggunakan kesempatan ini untuk mencari tahu
lebih dekat.
Setelah
suapan terakhir, Angel tidak membiarkan Kelvin untuk mengambil jeda. Dia segera
mengambil makanan pembuka lainnya berbentuk segiempat kecil yang terbuat dari
tepung jagung yang dihiasi kacang pinus, kismis kering, keju Gorgonzola dan
dibalut saus balsamic.
Mata
Kelvin membulat saat makanan itu ditaruh diatas piringnya. “Mr. Caprius....”
“Ini
makanan pembuka khas dari koki kami. Rasa gurih, manisnya merangsang nafsu
makan. Cobalah.” Tidak mengindahkan protes dari Kelvin, Angel lanjut menuangkan
anggur merah kedalam gelas Kelvin dan dirinya.
Kelvin
bukanlah pemakan besar. Sup sebelumnya sudah cukup mengenyangkan perutnya dan
lagipula dia harus secepatnya menuntaskan tugasnya. “Tuan, apa anda punya
masakan tertentu yang anda hindari?”
Angel
menyeringai, “Saya tidak punya masakan saya hindari, tapi untuk rasa harus ada
satu hal penting dalam makanan yang saya konsumsi.”
“Kalau
saya boleh tahu apa itu?”
“Semua
makanan yang ada disini memiliki kondisi penting itu. Kamu harus coba untuk
tahu,” Angel melahap makanan yang sama dengan ekspresi datar.
Dalam
kepalanya Kelvin menyumpah serampah Angel. Dia
sedang mengerjaiku!!! Tidak melihat pertanda Angel akan begitu saja
membantunya dirinya, dia meneguk habis anggur merah dan memakan makanan yang
dihidangkan.
Sendok
ditangan Kelvin tak lagi bergerak setelah satu suapan kue. Kini perutnya sudah
melebihi kapasitas dari biasanya membuat ikat pinggangnya begitu sesak. Tapi
dia harus mengakui semua makanan yang dicobanya sangat lezat dan memanjakan
lidah bujangannya. Sebagai seorang bujangan indera perasanya hanya dipuaskan
dengan sereal dan makanan microwave. Semenjak ada Al dia melatih dirinya untuk
memasak, tapi level dia pun hanya sampai steak ayam dan pasta. Jadi malam ini
boleh dibilang adalah sebuah pesta makan yang sangat extravagant.
“Kok
tidak habis?”
Kelvin
melihat Angel dengan tatapan yang tidak lagi bersemangat. “Sudah cukup. Perut
saya rasanya mau meledak.”
Angel
terkekeh. “Kalau begitu ada baiknya kamu ke sofa dan merebahkan tubuhmu.”
Kelvin
tidak lagi protes, dia hanya mengangguk dan beringsut dari kursinya. Di sofa
tanpa ragu-ragu dia menyandarkan punggungnya dan meraba perutnya yang sedikit
membuncit. Angel mendatanginya setelah menyiapkan satu botol anggur merah baru.
“Minum
anggur ini. Anggur yang tadi teman makan, kalau yang ini menyegarkan lidah
kita,” Angel menyodorkan satu gelas pada Kelvin dan Kelvin menerimanya.
Kelvin
tidak tahu banyak mengenai anggur, tapi dia merasakan rasa buah-buahan
menyergap indera perasanya. Saat Kelvin menikmati minumannya Angel duduk tepat
disampingnya dan terhibur melihat Kelvin yang lebih santai dari sebelumnya.
Mengintip dari balik gelasnya, alis Kelvin bertaut. “Mr. Caprius, apa
menariknya saya bagi anda? Saya yakin “teman”
anda banyak mulai dari Omega hingga Alpha dengan berbagai macam paras dan
perangai untuk menemani waktu “bersenang-senang”
anda. Anda tidak membutuhkan saya.”
Angel
terkekeh sembari mereguk anggur ditangannya. “Beau, panggil aku Angel. Kita
sedang tidak bekerja.”
Kelvin
tidak menggubris.
“Aku
tidak membutuhkan kamu adalah pernyataan yang terlalu subyektif. Sedangkan
untuk pertanyaan pertamamu, aku pun tidak terlalu mengerti. Aku sendiri sedang
berusaha mengartikan rasa ketertarikan ini dan Beau, jangan mengasumsikan aku
sedangkal itu, tapi aku tidak menyangkal aku kenal banyak orang. Namun tidak
ada satu pun dari mereka memberikan perasaan sekuat ini. Perasaan ini merayapi
kesadaranku lalu mencengkeram kuat insting Alpha dalam diriku.”
Angel
berhenti untuk berpikir sejenak karena sebuah kata yang tercetus tiba-tiba.
Senyum
tipis ditujukan pada Kelvin. “Kamu pernah dengar Imprint?”
Mendengar
kata itu gelak tawa menggelegar dari bibir Kelvin. “Hahahaha..., anda lucu
sekali Mr. Caprius. Tempo hari anda bilang Frankeinstein adalah dongeng
anak-anak dan sekarang anda mengatakan tentang mitos.”
Wajah
Angel sama sekali tidak berubah akan olokan Kelvin. “Kamu yakin itu hanya
mitos? Katakanlah kamu menganggap aku sebagai lalat pengganggu, tetapi reaksi
tubuhmu setiap kali aku didekatmu bukankah terlalu berlebihan? Seperti saat ini
meski kamu tidak menyadari sedari tadi aku duduk menempel denganmu, aroma
dan...,” Telapak tangan Angel perlahan membungkus tangan Kelvin.
Seketika
selimut hangat merambat dari permukaan kulit Kelvin dan debaran jantungnya
semakin menguat. Kali ini Kelvin tidak menghindar. Entah apakah alkohol atau
faktor lain yang membuat Kelvin terpaku dikursinya. Untuk kali ini, kali ini
saja Kelvin membiarkan ruang dan waktu menghanyutkan dirinya.
Hembusan
napas hangat Angel menyentuh lembut pipi Kelvin. Sesaat bibir mereka bertaut
letupan-letupan gairah, hasrat dan rasa ingin lagi dan lagi bergaung didada
Kelvin. Sungguh perasaan ini begitu asing bagi Kelvin. Namun begitu dia sedang
tidak ingin mempertanyakan. Dia hanya ingin merasakan, mengalami.
Angel
menggunakan waktunya dengan baik. Dia tidak memburu gairahnya hanya membiarkan
bibirnya perlahan menikmati tiap sudut bibir Kelvin. Mata mereka beradu tanpa
kata. Adalah sebuah perkembangan yang amat sangat pesat ketika tangan Kelvin
memegang kepala Angel untuk mendekatkan wajah mereka lebih dekat. Sudut bibir
Angel mencuat.
Angel
memberanikan dirinya untuk melingkar tangannya dipinggang Kelvin dan mengelumat
bibir Kelvin penuh dengan gairah. Secuil desah tipis menyelinap dari bibir
Kelvin. Seketika suara menggairahkan itu terdengar ditelinga Angel, seketika
itu juga dia menggamit gemas bibir bawah Kelvin. Kini Angel sepenuhnya dirasuki
keinginan memiliki Kelvin sepenuhnya
Tanpa
memutuskan tautan bibir mereka, Angel mendorong pelan badannya hingga dirinya
berada diatas badan Kelvin. Kejutan demi kejutan ditunjukkan Kelvin. Tak hanya
dia memasrahkan tubuhnya ditelusuri jari-jemari Angel, tapi dia juga tidak
sungkan memperlihatkan hasrat terdalamnya.
“Beau...,
jadilah Omegaku.”
Sedetik
kalimat itu terlepas dari bibir Angel, sedetik itu juga memori pahit yang
terbenam jauh dikepalanya menyeretnya kembali pada realita.
“Hng..., hng..., hng....”
“Tidak disangka ada Omega yang
bersembunyi.”
“Bagaimana? Kalian puas?
HAHAHAHAHAHA....”
“Bedebah kau menyimpan harta karun
seperti ini. HAHAHAHAHAHA....”
“Hei..., bagaimana cara kau
meyakinkan dia?”
“Aku tidak meyakinkannya. Aku hanya
mengatakan jadilah Omegaku dan dia begitu saja percaya padaku.
HAHAHAHAHAHA....”
“Malang sekali ditipu pacar
sendiri. HAHAHAHAHAHA....”
“Hng..., hng..., hng....”
Kelvin
mendorong kuat Angel hingga dia terjungkal kebelakang. Secepat kilat Kelvin
merapikan kembali pakaiannya. Pekat hangat menggantung dipelupuknya. Angel
bukan main tersentak akan perubahan yang dilihatnya. Dia mengerti mungkin
Kelvin masih belum menerimanya secara penuh, tetapi tubuh gemetar Kelvin sangat
tidak dipahaminya.
“...Beau?”
Tidak
mengindahkan Angel, Kelvin beranjak cepat dari kursinya dan mencari tasnya.
Sebelum dia berhasil menemukan tasnya lengan Angel menahan badan Kelvin dari
belakang.
“Kelvin
tenang..., tenang. Sebenarnya ada apa dengan kamu? Kenapa tiba-tiba kamu gusar
seperti ini?”
Kelvin
tidak menjawab. Pandangannya terpaku keatas lantai.
“Kelvin?”
“Mr.
Caprius...,” Suara Kelvin yang serak membuat Angel tercekat. “Aku adalah Beta.”
Mendengar
ini Angel tak mampu untuk berkata apa-apa lagi. Dia melepaskan lengannya. Angel
hanya mampu melihat punggung Kelvin yang tiba-tiba terasa dingin. Dengan
langkah berat dia menyuruh Kelvin menunggu dia menyiapkan kendaraan untuk
mengantarnya pulang. Tak ada satu patah kata pun terucap dari Kelvin membuat
rasa frustrasi menggelayut dikepala Angel.
Setelah
tak ada lagi bayangan Kelvin tersisa diruangan, Angel menenggelamkan dirinya
dengan anggur. Apa yang telah aku
perbuat? Apa yang membuat dia seperti itu? Ratusan pertanyaan berkelebatan
sepanjang malam.
Comments
Post a Comment