OFM Chapter 7
Pagi
ini Kelvin terbangun dengan tubuh lemas, pegal-pegal dan keringat berderai
disekujur tubuhnya. Beruntung Al dan Pamannya sedang bermalam kerumah orang
tuanya. Jika tidak dia akan kesulitan menjelaskan kondisinya saat ini.
Meski
hari ini adalah hari Sabtu, tetapi acara makan malam untuk tim Caprius diadakan
malam ini. Mau tidak mau dia menghabiskan waktunya ditempat tidur. Dia harus
menyimpan energi untuk malam nanti. Setelah menyantap makan paginya, dia
meminum obat pereda rasa sakit. Sebenarnya dia tidak yakin obat apa yang mampu
mengobati penyakitnya. Dia hanya berharap obat yang diminum setidaknya mampu
menenangkan pikirannya. Matanya melirik pada laci sebelah kanan tempat
tidurnya. Tapi secepatnya dia mengalihkan pikirannya. Dia tidak mau tergoda
godaan yang akan disesalinya nanti. Untuk membuat pikirannya tenang Kelvin
kembali tidur. Obat terbaik saat ini adalah untuk tidak berpikir apa-pun.
Di
tempat lain Angel merendam tubuhnya dalam air panas. Pikirannya masih
berkecamuk memikirkan tingkah laku Kelvin malam itu. Disaat dia pikir Kelvin
sudah ditangannya, dia bereaksi diluar dugaannya. Beberapa terakhir ini bahkan
lebih parah dari biasanya. Kelvin memang tidak lagi menghindari dirinya, tetapi
dia dapat merasakan Kelvin menciptakan aura penolakan terhadap dirinya. Begitu
dingin dan berjarak.
Ditengah
kontemplasi mendalam ketukan pelan terdengar dari balik pintu kamar mandinya.
“Mr. Caprius, maaf mengganggu. Laporan mengenai Mr. Marius sudah saya terima.”
Mendengar
hal tersebut Angel segera beranjak dari jacuzzi kamar mandinya. “Baik. Tunggu
diruang kerja, lima menit lagi saya selesai.”
Angel
beralih pada pancuran di sebelah jacuzzi. Dia membersihkan sisa busa yang masih
menempel pada tubuhnya. Setelah bersih dia mengeringkan tubuhnya lalu mengenakan
celana dalam dan gaun mandi. Keluar dari kamar mandi Angel bergegas menuju
ruangan pakaian.
Di
ruang kerja sudah menunggu seorang wanita berkaki jenjang, rambut bersanggul
rapih sepadan dengan penampilannya yang terlihat profesional. Sesaat Angel
melangkah masuk wanita itu segera meluruskan kakinya.
“Laporannya.”
“Ini
Mr. Caprius,” Luna menyerahkan satu bundal berkas ke tangan Angel.
Angel
membuka berkas tersebut dengan pelan-pelan. “Hanya ini saja?”
“Itu
saja. Tidak ada riwayat hidup yang memberatkan Mr. Marius. Hanya..., dia pernah
menghilang selama tiga hari pada umur sepuluh tahun,” Tepat Luna menjelaskan,
Angel membaca perihal laporan anak hilang milik Kelvin.
“Penyebabnya?”
“Seperti
dalam laporan itu alasan dia menghilangkan tidak disebutkan, tetapi yang pasti
bukan karena penculikan karena Mr. Marius kembali dengan sendirinya.”
Satu
alis Angel meninggi dan bibirnya mengerucut. “Bagaimana dengan Pamannya?”
“Hmm,
sangat berwarna. Semenjak identitas Omeganya menyeruak kepermukaan di umur lima
belas tahun, dia hidup seperti tanpa aturan. Dari umur delapan belas tahun
hingga tahun lalu dia sudah melahirkan enam orang anak.”
“....”
“Namun
salah satunya dibesarkan oleh Mr. Caprius. Namanya Alaistar Marius.”
Angel
menatap gambar Al yang berada di pelukan Kelvin. “Sepertinya riwayat hidup
Chris tidak lengkap?”
“Setelah
lulus kuliah Mr. Darwin berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lain. Bahkan
dia melewatkan pendataan Omega tahunan dan ada masa selama lima tahun sebelum
dirinya melahirkan anak yang kini bersama Mr. Marius, keberadaannya saat itu
sama sekali tidak terlacak.”
Mendengar
penjelasan Luna rasa penasaran Angel sama sekali tidak terpuaskan. Alasan dia
melakukan penyelidikan ini karena semenjak pembicaraannya dengan Sonya, Angel
merasa ada hubungan mendalam antara sikap penolakan Kelvin dengan Pamannya.
Tetapi semua laporan yang diberikan Luna tidak memberikan jawaban absolut.
Sekali lagi dia memeriksa seluruh riwayat hidup Kelvin.
Beberapa
menit berlalu sebuah benang merah mulai mengemuka didepan mata Angel. “Kelvin
menghilang seminggu setelah laporan resmi klasifikasi Pamannya keluar. Ini
kebetulan atau apa? Kenapa tidak ada laporan menyeluruh mengenai perubahan
klasifikasi dirinya?”
Luna
sudah menebak bosnya akan menanyakan mengenai ini, tapi dia sendiri tidak
menemukan laporan tersebut. Bahkan dia tidak tahu bagaimana menjelaskan kabar
yang didengarnya saat menyelidiki riwayat Paman Kelvin.
Angel
melihat Luna terdiam. Suatu pemandangan yang jarang dilihatnya dari Sekretaris
kepercayaannya. “Luna?”
“...itu....
Tidak ada laporan sebelum itu.”
“Tapi?”
Angel berusaha menerka.
“Yang
tidak ada dilaporan itu adalah mengenai Mr. Darwin tidak pulang selama seminggu
sebelum dia melakukan tes klasifikasi.”
“Tidak
pulang?”
“Saya
tidak tahu kebenaran informasi ini atau tidak. Selama satu minggu Mr. Darwin
mengatakan pada kakaknya, Ibu dari Mr. Marius, dia pergi untuk melakukan
karyawisata ke Ortega, tetapi berdasarkan beberapa saksi mata yang mengenalnya
dia berkeliaran di Bellrock dengan gerombolan anak laki-laki bahkan pria paruh
baya. Untuk mencari tahu kebenaran ini saya mencari data dari sekolah Mr.
Darwin diwaktu yang sesuai laporan. Hasilnya, memang betul ada karyawisata ke
Ortega, tapi Mr. Darwin tidak mengikutinya dengan alasan tidak mendapatkan
ijin.”
Bagai
potongan film Angel dapat menghubungkan cerita antara Kelvin dan Pamannya. Tapi
tetap saja ada titik-titik yang tidak pas dan kosong sehingga membuat cerita
Kelvin masih sangat kusut.
Katakanlah
terbangunnya identitas Paman Kelvin dari Beta menjadi Omega sangat mengejutkan
dirinya. Dia bisa membayangkan di usianya yang masih muda dan hormonnya belum
stabil dia dihadapkan kenyataan dia tidak terlahir sebagai Beta secara
menyeluruh tentu keseimbangan dirinya akan terombang-ambing. Kemudian
ditengah-tengah kebingungannya dia bereksperimen. Mungkin caranya salah, tapi
Angel dapat memahami sepenuhnya. Angel bertanya-tanya apakah ini yang
menyebabkan Kelvin menolak menjadi Omega? Ide ini segera dienyahkan dari
pikirannya karena ini sama sekali tidak pas dengan penjelasan Luna.
Luna
mengatakan Pamannya minta ijin kepada Ibu Kelvin untuk pergi karyawisata
sekolah, jadi tidak mungkin anak sepuluh tahun memiliki kecurigaan jika Ibunya
saja begitu saja percaya pada Pamannya. Tidak mungkin juga Kelvin mengikuti
Pamannya. Sama sekali tidak mungkin terkecuali....
“Kau
tidak memiliki laporan dimana keberadaan Kelvin saat itu?”
“Tidak
ada.”
Melihat
tak ada lagi petunjuk yang lebih baik Angel memerintahkan Luna untuk membubarkan
dirinya.
*****
Bara
api dari kompor didepan Kelvin semakin membuat pandangannya mengabur, tetapi
dia tidak punya pilihan untuk memeriksa kesiapan hidangan untuk Angel. Walau
makan malam dengan Angel tidak menghasilkan apa-pun Kelvin berkesimpulan Angel
hanya memakan hidangan kelas atas. Karena itu kini Kelvin berkoordinasi dengan
koki yang direkomendasikan Emily.
Rasa
mual semakin menguat tatkala bebauan menusuk tajam indera penciumannya.
Kepalanya pun berputar tak karuan dan debar jantungnya berdentum kencang. Tidak
kuat lagi menahan rasa sakit yang meremukkan kesadarannya Kelvin segera keluar
dari dapur. Langkahnya terhuyung-huyung dan udara menekan paru-parunya.
Kelvin
tidak mengenal koridor yang dilewatinya karena acara makan malam perusahaannya
diadakan di hotel. Dia hanya mengandalkan ingatan terakhirnya. Setelah belokan
kekanan tanda toilet terpampang jelas. Dengan energi terakhirnya dia berlari
menuju toilet.
Setelah
pidato terima kasih dari Angel acara makan malam pun dimulai. Penuh kewibawaan Angel
kembali pada tempat duduknya. Tidak lupa dia melemparkan senyum dan menjabat
tangan orang-orang yang berterima kasih padanya. Namun dibalik topeng bajanya
kegusaran berkecamuk. Dari dia datang hingga detik ini dia tidak melihat Kelvin.
Bahkan bayangannya pun tidak ada. Dia hanya sempat mendengar dari Sonya, Kelvin
bertanggung jawab menyiapkan hidangan untuk dirinya. Hanya saja dia kebingungan
sesibuk itukah hingga Kelvin tidak sempat untuk menikmati pesta?
Memperhatikan
makanan belum dihidangkan Angel bertekad mencari Kelvin. “Tuan-tuan, Nyonya dan
Nona semuanya, saya permisi sebentar.”
Saat
Angel berdiri, serentak semua orang di mejanya ikut berdiri menghormatinya. Di
mata orang yang tak mengenal Angel melihat langkahnya yang terburu-buru seperti
orang yang sangat perlu ke toilet, tetapi di mata Sonya yang tidak sengaja
perhatiannya tertubruk pada raut wajah Angel yang penuh dengan kecemasan
membuatnya langsung berkesimpulan ada sesuatu yang salah. Sebelum Angel berhasil
keluar dari ruangan Sonya bergegas mengikutinya.
Tujuan
Angel jelas menuju dapur. Memasuki dapur dia hanya melihat keruwetan suasana
dapur. Wajah-wajah yang dilihatnya pun sama sekali tidak ada yang dikenalnya.
Dia mencari koki yang bertanggung jawab untuk makan malam perusahaan Kelvin.
“Mr.
Marius? Ya, tadi dia disini untuk berkoordinasi dengan saya, tetapi dia entah
kemana sekarang.”
“Dia
tidak memberitahu dia kemana?”
“Tidak.
Hmm..., tapi dari awal dia tampak sangat pucat.”
Satu
kata terakhir dari koki itu menyerang tombol panik dalam kepalanya. “Anda sama
sekali tidak melihat saat dia keluar dari dapur?”
“Tidak,
tapi mungkin yang lain melihatnya. Hei! Ada yang melihat Mr. Marius? Pria yang
mengenakan kemeja biru, yang tadi mondar-mandir didapur.”
Semua
karyawan dapur yang mendengar pengumuman tersebut menatap kepada sang koki
namun tidak ada satu pun yang memberikan reaksi positif. Hingga seorang pelayan
yang baru saja datang dengan nampan kosong ditangannya bertanya-tanya dengan
suasana yang dilihatnya.
“AH!
Pria itu? Saya melihatnya sekitar setengah jam yang lalu. Dia berjalan menuju
lorong utara, kearah toilet pria yang dekat pintu masuk.”
Tanpa
menunggu lebih lama Angel berlari menuju tempat yang ditunjuk pelayan itu. Dia
keluar dengan cepatnya hingga tidak menyadari dia melewati Sonya. Meski sekilas
Sonya menangkap pasti gurat kecemasan di wajah Angel. Sonya pun tidak ragu
mengikuti Angel dari belakang walau terbata-bata karena sepatu hak tingginya.
Setibanya
di toilet sebuah energi pekat menggantung diudara. Walau bebauan dari dapur
terbawa, tetapi aroma tubuh Kelvin yang meledak menghenyak insting Alphanya. Tidak mungkin!
Angel
berusaha merendam naluri kejantanannya. Kerutan dahi Angel semakin mengerut
menemui jejak pil dilantai. Jejak itu mengarah menuju bilik paling ujung.
Perlahan Angel mengikuti. Pintu bilik yang ditujunya meninggalkan sedikit
celah. Sepasang kaki mengintip dibagian bawah. “Kelvin?”
Dibukanya
pelan pintu bilik dan sebuah daya magnetik tak terlihat menarik kedua kakinya
kebumi. Dengan tubuh bersandar lunglai mata Kelvin menatap nanar Angel dan
bibirnya yang tersengal-sengal tersenyum tipis. Entah apa yang membuatnya
tersenyum, tetapi senyumnya membuat debaran jantung Angel berkejaran. Tiba-tiba
derai airmata mengalir deras dipipi Kelvin.
Waktu berhenti.
Comments
Post a Comment