OFM Chapter 4
“Kapan kau pulang?” Suara dari
seberang telepon itu adalah Paman Kelvin.
“Tidak
tahu kapan. Hari ini perbaikan program dimulai. Jadi mungkin beberapa minggu
ini aku harus kerja hingga malam. Nanti kalau aku pulang akan aku beritahu
lagi.”
“Oke, kau tidak perlu khawatir aku
bisa mengurus Al sendiri. Anggap saja sebagai latihan. Haha.”
“Aku
harus kembali, bye.”
“Bye.”
Kelvin
mematikan teleponnya dan segera masuk kedalam toilet. Seharian tim Caprius
menganalisa dan mempelajari data-data lama. Memaksa seluruh departemen Kelvin
dan departemen teknologi untuk bekerja dua kali lebih dari biasanya. Bahkan
sekarang semua harus bekerja lembur. Kelvin membasuh wajahnya yang kusut.
Meski
jadwal lembur hari ini diluar dugaannya Kelvin tidak lupa membawa vitaminnya.
Segera dia mengambil kotak vitamin kecil dari saku bawah seragamnya. Dia
meminumnya tanpa ragu dan memeriksa potongan kecil salep berbentuk kain segiempat
yang ditempelkan ditiga tempat. Satu di pundaknya, satu tepat diperut paling
bawah berbatasan dengan rambut kemaluannya dan satu lagi di telapak kaki.
Kondisi
tubuh Kelvin mengalami perubahan yang tidak bisa dicernanya hingga mau tidak
mau dia harus mengandalkan salep-salep ini. Salep-salep ini membantunya
mengendalikan hormon-hormon pada tubuhnya, tetapi entah mengapa kian hari daya
kerja salep-salep ini tidak lagi seefektif pertama kali dia memakainya. Padahal
salep yang dipakainya terkenal kemujarabannya dan harganya pun sangat mahal.
Kerutan dahi Kelvin semakin berkontraksi menyadari dia harus mencara obat lain
yang dapat membantunya. Tapi jenis obat apa yang dapat membantunya? Salep-salep
ini sebenarnya adalah cara terakhirnya. Bahkan untuk mendapatkannya dia harus
menggunakan jalan alternatif karena salep-salep ini produksi legalnya sangat
terbatas sehingga satu orang hanya bisa membeli dua paket untuk satu bulan.
Sedangkan satu paket hanya berisi dua belas. Dengan penggunaan seperti dirinya
tentu pembelian secara legal tidak mencukupi. Kelvin menghembuskan napas kesal
lalu segera keluar dari toilet.
Langkah
Kelvin terhenti kala menemui Angel berdiri dekat mejanya. Matanya melekat pada pekerjaan
yang sedang dikerjaan Kelvin. Rasa kebingungan menghinggapi Kelvin. Dia tidak
dapat mengendalikan otot-otot wajahnya yang kesal. “Umm..., Mr. Caprius?”
“Frankeisten
dongeng anak-anak,” Angel memperlihatkan deretan gigi cemerlangnya.
“...?”
“Makan
malam Mr. Marius?” Angel menunjukkan kotak makanan ditangannya. “Pesanan makan
malam sudah datang dan yang lain sedang menikmati makanan mereka. Saat saya
mengambil minum anda tidak ada disana. Jadi saya menyelamatkan satu kotak yang
bisa saya selamatkan.”
Kelvin
melihat sekelilingnya, tidak ada orang lain selain dia dan Angel. Angel berdiri
tepat didepan Kelvin. Ini membuat dirinya semakin gugup. “Terima kasih?”
Kelvin
menyambar kotak makanan yang masih ditangan Angel dan bergegas kembali
kemejanya. “Boleh saya duduk disini?”
Angel
menarik kursi disamping kursi Kelvin. “...,tentu.”
“Sewaktu
pertama aku membaca Frankeinstein aku tidak percaya orang-orang dari peradaban
lama menyukai sampah seperti ini,” Kelvin sangat ingin mengacuhkan Angel,
tetapi lagi-lagi dia diingatkan status Angel untuk perusahaan. Agar terlihat
dia tidak gugup Kelvin mengambil satu
gigitan besar steak kedalam mulutnya.
“Steak
ini lezat. Anda sudah makan malam?” Kelvin berusaha membelokkan arah
pembicaraan karena dia tidak ingin berdebat dengan Angel. Franskenstein adalah
bacaan favorit terbaru Kelvin.
Senyum
tipis mengembang dibibir Angel dan matanya yang tajam menatap bibir Kelvin.
Kelvin menyadarinya dan secepat kilat mengalihkan wajahnya. “Belum, tapi tadi
sudah makan sepotong kue bolu pisang. Rasanya sangat lezat sekali, dimana anda
membelinya?”
“Supermarket.
Bagaimana kalau saya mengambil makan malam untuk anda?”
Kelvin
bermaksud untuk beranjak dari kursinya, tetapi tangan Angel menahannya
dipundak. “Tidak perlu, ini saja,”
Angel
menggenggam tangan Kelvin yang memegang garpu dan memakan potongan steak dari garpu.
Mata Kelvin langsung saja terbelalak terlebih setelah Angel memakannya matanya
terus menatap Kelvin.
Sebuah
perasaan asing sekilat mengalir seperti listrik diudara diantara keduanya.
Angel mengenal perasaan ini setiap kali seorang Omega berusaha menariknya. Saat
itu terjadi insting Alphanya menyeruak menginginkan menaruh cap kepemilikan
pada Omega tersebut. Sedangkan Kelvin sangat asing akan perasaan ini. Dia hanya
dapat merasakan bahwa rasa hangat merambat dari batang leher hingga tulang
ekornya. Dia tidak menginginkan perasaan
ini. Sekuat hati Kelvin meredam perasaan ini meski debaran jantungnya
mengkhianati dirinya.
Perlahan
Angel membusungkan wajahnya dan mendekatkan hidungnya diantara leher Kelvin.
Hembusan napas Angel membuat tubuh Kelvin bergidik. “Hmm..., kamu tahu tadinya
aku tidak terlalu yakin, tapi dari sedekat ini aroma tubuhmu sangat menggoda.
Aroma Omega berkualitas tinggi.”
Seketika
Kelvin melonjak dari kursinya dan menatap Angel dengan penuh tatapan horor. Apa yang tadi dia katakan? “Mr. Caprius
dengan penuh rasa hormat hentikan omong kosong anda.”
Berdiri
dari kursinya Angel mendekatinya, tapi tiap langkah majunya diikuti dengan
langkah mundur Kelvin. Instingnya benar, apa yang dilihatnya mungkin mampu
menipu orang biasa, tetapi apa yang dirasakannya adalah rasa yang nyata. Detik
itu dia meyakini kebenarannya, detik itu juga insting Alpha membalut dirinya
dengan hasrat dan gairah untuk Kelvin. Dia menginginkan Kelvin.
Keheningan
yang tercipta diantara semakin menebal tiap detiknya. Nasib Kelvin beruntung
karena semua orang kembali dari istirahat makan malam. Beberapa tidak menyadari
kekakuan yang menggantung diudara, tetapi beberapa yang berjalan menuju meja
dekat Kelvin melihat jelas dua orang yang sedang berdiri mematung. Angel segera
menyadari keberadaan orang lain. “Mr. Marius, senang berbicara dengan anda.”
Angel
pergi meninggalkan Kelvin. Sesaat bayangan Angel menghilang secara menyeluruh
dari ruangan kaki Kelvin melemah. Dengan susah payah dia kembali duduk
dikursinya. Kedua tangannya menutupi wajahnya. Rasa putus asa kini memeluk
segala rasionalitas yang melindunginya.
Dalam
kegelapan malam Kelvin memfokuskan pandangannya pada gang sempit didepannya.
Sebuah garis bayangan timbul dibawah pendar lampu.
“Halo
Kelvin,” Bayangan itu keluar dari tempatnya dan menunjukkan jati dirinya.
Seorang pria dengan rambut pirang kotor panjang sebahu dan jengot tipis melihat
Kelvin dengan senyum tengil diwajahnya. Kelvin mengerutkan hidungnya melihat
penampilan orang didepannya. Seperti biasa dia selalu berpakaian mencolok. Topi
panama merah anggur yang seragam dengan blazer dan celananya. Ugh.
“Sudah
bawa pesananku?”
Pria
itu memperlihatkan kotak yang dikenal Kelvin. “Dan ini.”
Kelvin
memicingkan matanya untuk memastikan apa yang ada ditangannya. Sebuah botol
obat kecil berisikan pil berwarna merah, “Apa itu?”
“The Rouge.”
“Apa?”
Mata Kelvin membulat dan dengan langkah besar mendekatinya. Dia melihat seksama
pil merah itu. “B..., Berth, kau berhasil?”
Berth
mengangkat bahunya. “Kira-kira begitu. Belum seratus persen sempurna, tapi
beberapa orang sudah mencobanya. Mereka menyukainya meski hasilnya belum
terlihat dengan nyata.”
“Efek
samping?”
“Anemia,
dehidrasi, pusing, tapi semuanya minor. Cukup jaga asupan air, makanan, vitamin
dua kali sehari dan istirahat yang layak akan baik-baik saja.”
“Berapa?”
“Untukmu?
Gratis,” Berth tersenyum lebar, tetapi Kelvin tidak mempercayainya. “Seperti
aku bilang ini masih belum sempurna, produk percobaan. Ini pun tersisa tujuh.”
“Katakan
padaku harganya Berth,” Kelvin menggigit giginya tidak sabar.
“Hei...,
hei..., kau ini pelanggan setiaku. Tiga tahun dan kau tak pernah ragu dengan barangku.
Kepercayaan pelanggan adalah sepenuhnya moto kerjaku.”
Tidak
mungkin Berth akan begitu saja memberikan produk seperti The Rogue begitu saja
meskipun produknya masih belum sempurna.
“Tapi...,
setelah porsi ini selesai aku harap kau kembali padaku dan...,” Berth mendekati
Kelvin dengan kilatan aneh berkelabat dimatanya. Jarinya menyentuh pipi Kelvin.
“Tuhan, kau sangat indah.”
Saat
dirinya bergidik, Kelvin tahu Berth menggunakan energi Alphanya untuk
mempengaruhi dirinya. Kelvin berusaha keluar dari pengaruhnya, tetapi tangan
Berth sudah melingkar duluan dipinggangnya.
“Kelvin,
kenapa kau bersikeras menolak takdirmu? Kau tahu kau belum terlambat menerima
jati dirimu yang sebenarnya dan..., meski aku terlihat seperti ini kalau kau bersedia
jadi milikku, aku akan memastikan kehidupanmu
sebagai Omega akan dipeuhi dengan kesenangan tiada tara.”
Dengkul
Kelvin segera menghujam perut Berth. “Simpan saja The Rougemu, aku tidak butuh!"
“Ugh!
Tunggu, tunggu,” Berth mengambil napas dalam sebelum susah payah bangkit. “The
Rogue ini betul-betul untukmu, tapi tawaranku tetap berlaku.”
Kelvin
ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini dia merogoh tasnya dan mengambil
buntalan uang. Dia melempar buntalan uang itu kewajah Berth lalu menyambar
dengan cepat kotak kemasan dari balik blazer Berth.
Berth
dengan cepat mengambil lengan Kelvin dan memutarnya sehingga punggung Kelvin
menyentuh dadanya. Kedua lengannya mendekap erat Kelvin. “Tenang, tenang
Kelvin. Aku berkata yang sesungguhnya. Obat ini untukmu dan tawaranku pun benar
adanya. Pertama kali aku melihatmu kau menyetir hasrat dalam diriku. Ratusan
Omega sudah aku cicipi, tapi hanya kau yang membuat darahku bergejolak tak
karuan.”
“LEPASKAN
AKU BERTH!”
“Tenang
Kelvin, aku tidak memaksamu untuk jadi milikku, tapi aku sudah tidak kuat
menahan desiran ini.”
Bulu
kuduk Kelvin berdiri saat merasakan sesuatu yang keras menyentuh bokongnya dan
dia semakin ketakutan ketika Berth menggosokkan badannya ketubuhnya. “BERTH!
TOLONG....”
“Sshh...,
ssshh..., maafkan aku Kelvin. Aku tidak dapat menahan diriku, tapi aku
benar-benar tidak akan memaksa dirimu. Jika kau memilih untuk meminum The Rogue
dalam tujuh hari, lalu memutuskan untuk mendapatkan lagi dariku, aku akan
menganggap itu sebagai jawabanmu. Tetapi jika kau tidak kembali padaku, aku
akan meninggalkanmu sendirian.”
“KAU
GILA!!!”
“Tapi
waktumu hanya sebulan saja dari sekarang. Dari kondisimu saat ini aku bisa
meramal masa Retrograde bisa kapan saja datang padamu dalam satu bulan ini. Kau
tidak maukan tiba-tiba diperkosa oleh orang aneh dijalan?”
Badan
Kelvin membeku seketika.
“Karena
itulah kau minum The Rogue setidaknya porsi pil yang kuberikan padamu cukup
menahan sampai waktu itu tiba. Hanya saja jika kau tidak mengambil lagi dariku,
aku tidak menjamin kelangsungan hidupmu selanjutnya. Karena hanya aku yang bisa
membuat The Rogue. Hahahahaha....”
Tawa
sinis Berth menyerang telinga Kelvin. Dia menghimpun tenaga terakhir kalinya
dan keluar dari cengkeraman Berth, tapi Berth dengan cekatan memasukkan kantung
pil berisi The Rogue kedalam saku seragam Kelvin.
“INGAT
KELVIN WAKTUMU HANYA SEBULAN SAJA,” Kelvin berlari kencang mengacuhkan teriakan
Berth.
Napas
halus yang bersautan dari kamar Al menemani kegundahan hati Kelvin. Dibawah
sinar lampu meja berjajar terbaring tujuh pil merah. Sudah hampir satu jam
Kelvin memandangi pil-pil tersebut. Otaknya kini seperti dipenuhi duri.
Ditempat yang dia anggap sebagai tempat mendapatkan kedamaian yang
diinginkannya, seorang pria bernama Angel Caprius merusak tatanan yang dia
bangun.
Kelvin
bukanlah orang bodoh yang tidak mengetahui arti dari tatapan Angel. Sangat
jelas dimatanya Angel menjadikannya target dirinya sebagai koleksi Omeganya.
Sudah cukup mengetahui hal ini Kelvin masih harus dihadapi si bedebah Berth. Sebenarnya
Kelvin pun sedikit tahu Berth mempunyai motif terhadap dirinya, tapi Berth
selalu terlihat acuh tak acuh sehingga dia tidak merasa terancam. Tetapi kini,
Berth menunjukkan sifat aslinya.
Ingin
sekali Kelvin menangisi nasibnya. Tidakkah hidup berbaik hati padanya?
Memberikannya kehidupan yang normal? Atau setidaknya sebuah pilihan? Karena
sekarang dia sama sekali tidak melihat ada banyak pilihan. Kehidupannya kini
berada diambang kehancuran.
Comments
Post a Comment